Kamis, 09 Juli 2009

Sibuknya PMB

Latar belakang
Sudah menjadi keumuman sepertinya semua lembaga kampus tengah bergiat menyambut Penerimaan Mahasiswa Baru(PMB), satu atau dua bulan kedepan, kesuksesan rekrutisasi tidak diukur hanya dengan kuantitas mahasiswa terekrut, tapi bagaimana kita bisa mentransfer ide dan gagasan apa yang dibawa oleh organisasi(dagang)..filosofinya sederhana saja..kalau kita memeperhatikan betul bagaimana seorang penjual di bus kota, biasanya beberap pedagang berkeras menjajakan jualannya(umumnya para pedagang buah, khusunya pada lajur antar kota), kita bisa melihat betul bahwa dagan tidak hanya sekedar proses transaksi jual beli, tapi bagaimana sang pedagang bisa mengkomunikasikan dengan jelas apa yang dijualnya kepada calon pembeli, sederhananya apa yang dijual, enak/tidak, besar/kecil, sampai orang berkesimpulan murah atau mahal yang akhirnya akan mendorong perilaku pembelian.
Sebagai ‘pedagang’ kita harus tahu betul apa yang kita jual, sehingga dagangan ini tidak dijajakan dengan salah, sederhananya tulisan ini akan coba meruntut kembali tentang gagasan penjualan/rekrutisasi kader KAMMI pada 2009 ini.

Tujuan
Semoga menjadi salah satu bahan diskusi di komisariat, sebagai ujung tombak perekrutan KAMMI, khusunya pada bab teknis dan aplikasi, sehingga akan menjadi khasanah masing-masing komsat
Mari memulai penjualan itu

KAMMI be part of us

For a bright future, kenapa harus KAMMI?
1. Narasi akademis yang jelas
Kita berpijak pada pijakan dakwah kampus, yang secara otomatis semua tentang dunia kampus tidak bisa ditinggalkan begitu saja, maka ukuran yang paling ‘pragmatis’ dan sederhana untuk semua organisasi kampus adalah pijakan dan orientasi dari organisasi terhadap akademis(bahasa sederhananya KOMSAT harus mampu mevisualakan cara pandangnya terhadap dunia akademis di tiap kampusnya masing-masing), lebih luas lagi apa yang disebut prestasi oleh kader KAMMI, apa yang disebut kepakaran oleh kader KAMMI harus mampu tervisualkan, kita boleh saja punya wacana lain tentang perekrutan ini, taruh saja misalnya orientasi politik KAMMI, dll. Tetap saja orang akan bertanya apa orientasi akademis perpekstif KAMMI. Kita bisa melihat bagaimana ‘ikhwanulmuslimin’ memvisualkan dengan jelas apa itu nasionalisme menurut ikhwan, dan bagaimana paradigma ikhwan mengenai Islam dan rukun-rukun lainnya. Jadi jelas kunci sukses narasi ‘penjualan itu’ adalah paradigma KAMMI terhadap lingkungannya, kadang kita melewatkan tahap ini. Sehingga wajar kalau gerakan menjadi terkoptasi, dan orang cenderung melihat lebih parsial, sehingga kita memahami KAMMI sebagai generasi yang tidak kaffah?

Jadi apa paradigma KAMMI terhadap akademis:
“Sikap KAMMI adalah kepakaran, kader KAMMI adalah yang bisa mengejawantahkan kepakarannya menjadi model aplikasi untuk kebermanfaatan selaus-luasnya, tradisi berfikir kader KAMMI adalah ilmiah, sehingga seiring dan tidak kontra produktif dengan dunia kampus. kader KAMMI membangun budaya belajar yang positif, ruang belajar kader KAMMI tidak terbatas pada mata kuliah yang mereka geluti saja, mereka memahami bahasa asing(Inggris khusunya) sebagaimana mereka mencintai bahasa Ibunya. Mereka belajar dengan prinsip keikhlasan dengan mengedepankan kejujuran, dan mereka menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia penelitian dan dunia prestasi”

Lalu bagaiamanakah paradigma kelokalan Komisariat anda terhadap akademis?
1. Visualisasi muslim negarawan
Jika anda ingin membentuk kader yang loyalis, rahasianya sebenarnya sederhana saja, kita bisa melihat teori-teori manajemen maupun teori organisasi. Ada sebuah benang merah yang dapat dilihat dengan jelas, “kenalkanlah para pegawai itu dengan tujuan besar kita” ujar CEO McDonald, ucapannya dibuktikannya saat tiap pegawai Mcdonald ditanya apa yang menjadi tujuan dari perusahaannya, dan hasilnya ‘Luar biasa’ koki, pengantar makanan, kasir sampai pada Cleaning Servicenya tahu betul apa yang menjadi tujuan dari McDonald,mereka bisa meruntut dan meneybutkan dengan tepat apa visi dan misi perusahaan. Sementara kita kadang kita begitu sulit memahami Visi dan Misi KAMMI
Hal ini saya saksikan sendiri saat seorang rekan bekerja paruh waktu di McDonald, saya bertanya apa saja yang dia lakukan selama bekerja disana dan ‘luar biasa’ Selama tiga hari pertama bekerja sebagai pengantar makanan, dia tidak mendapat tugas training layaknya pengantar makanan, tapi selama tiga hari pertama dia hanya melihat sajian video tentang keseluruhan dari McDonald, “Cuma nonton TV saja selama tiga hari” ujarnya, inilah saya fikir yang disebut penguatan orientasi awal, dia dikenalkan apa yang menjadi visi perusahaan dan tujuan-tujuan perusahaan. Padahal kalau kita lihat rasanya kurang kuat kaitannya antara seorang pengantar makana dengan kepentingan baginya memahami tujuan besar perusahaan..

Lalu bagaimana dengan KOMSAT anda, pakah para kader tahu betul dengan gagasan besar dan yang menjadi tujuan-tujuannya?
Dua model pendekatan,
Materi ini saya dapat kuarang lebih satu tahun yang lalu, saat studi banding organisai modern dan prinsip-prisnipnya, dan inilah jawaban yang saya dapat; Pada mulanya system keorganisasian menginduk pada satu model, yakni model organisai militer; rijid, kaku, dan semu otoritas dan perintah berasal dari satu pimpinan, model ini secara tidak sadar banyak kita adopsi, sehingga terbentuklah jarak pemahaman tentang tujuan antara seorang prajurit(staff) dengan seorang jendral(pimpinan), coba kita kaji apakah ini sedikit mirip dengan model komisariat anda, ataukah mirip banyak?. Contoh kasus lainnya, dulu ketika saya bekerja di slalh satu perusahaan garmen, biasanya ada satu kesepakatan yang menjadi alur lalu lintas produksi; semua berkesimpulan semua order harus lewat bagian marketing terlebih dulu, akibatnya buakn main, kalau ada pesanan dan yang dikontak adalah orang produksi maka pesanan itu akan ditolak mentah-mentah dan disarankan untuk mengontak orang marketing pada perusahaan itu(ini yang saya maksud rijid) salah satu faktornya karena ide dan gagasan besar atau yang menjadi tujuan dari kebersamaan kita dalam perusahaan tidak bisa dimaknai oleh semua pihak, mereka hanya mengerjakan apa yang menjadi jobdesknya bukan yang menjadi tujuan. Sebaiknya kita menghindari model-model seperti ini dalam berorganisasi.
Pinsip organisasi modern adalah ‘prinsip orkestra’ lihat saja saat koposer orchestra memandu jalannya lagu, semua orang selain menjalankan apa yang menjadi tugasnya(jobdesk) tapi mereka tahu percis apa lagu yang mereka mainkan, kapan saat berhenti, kapan harus menaikan atau menurunkan tempo, semuanya begitu harmonis sampai audience yang mendengar bisa menangkap dengan jelas pada akhirnya pesan yang disampaikan lagu. Semua personel dari mulai pemain piano, guitar, drum, bass, sampai pada pemain kecrek tok, tahu betul keseluruhan dari lagu itu..inilah yang disebut pemahaman organisasi, dan tidak ada yang namanya pemahaman individu dalam organisasi.

“kekuatan pengkaderan KAMMI terletak pada sandaranya terhadap manhaj yang jelas, dan kedekatannya dengan Allah, KAMMI menjadikan tiap kadernya bagian terpenting darinya, semua kader istimewa dan special, dan terlibat dalam penyusunan ide dan gagasan besar itu.lihat saja dalam FGD baik di Dauroh Marhalah atau kesempatan diskusi yang lainnya, Sanagtlah sulit mencetak seorang muslim, dan tidaklah mudah mencetak negarawan, tapi telah ditetapkan bahwa mencetak muslim negarawan adalah spirit kebangkitan Indonesia”

Sesuai tafsir epistimologis mihwar gerakan KAMMI yang diprediksikan Rijalul Imam(Ketua Umum KAMMI pusat), 10 tahun kedepan paling tidak kita akan melihat negarawan-negarawan itu, kalu kita semua tetap berpijak pada pedoman manhaj yang jelas, dan senantiasa terus bekerja. jadi tiada keraguan untuk bergabunmg bersama kaffilah ini, kaffilah KAMMI

Read more...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP