Rabu, 20 Februari 2008

UPDATE -ANTIVIRUS


GRATISSSSSSS >>>>>>>Tis-tis-tis-tis-tis.......... TINGGAL KLIK AJA UPDATE bERESSSS

PCMAV - Final Release
Avira-Antivir
Kaspersky
AVG
Avast
Ansav

Read more...

Jumat, 08 Februari 2008

Berjuang Dengan Ikhlas


Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah menjamin bagi orang yang berjihad di jalan Allah, tidak ada yang mendorongnya keluar dari rumah selain jihad di jalan-Nya dan membenarkan kalimat-kalimat-Nya untuk memasukkannya ke surga atau mengembalikannya ke tempat tinggal semula dengan membawa pahala atau ghanimah.” (Diriwayarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)


Banyak orang yang berjuang. Tapi tidak sebanyak itu yang berjuang dengan ikhlas. Melalui interaksi dengan Kitabullah dan Nabi Muhammad saw., para sahabat memahami betul bahwa memurnikan (mengikhlaskan) orientasi dan amal hanya untuk Allah adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawa-tawar lagi. Mereka meyakini sepenuhnya bahwa hal itu merupakan kunci untuk memperoleh pertolongan dan dukungan Allah dalam setiap pertempuran yang mereka terjuni, menghadapi musuh-musuh mereka, baik musuh dari dalam diri maupun dari luar mereka. Mereka mendengar firman Allah swt.:

“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” [At-Taubah (9):120]

Para sahabat memahami hal itu dan mengaplikasikannya dalam diri mereka. Maka dampaknya pun terlihat dalam perilaku mereka. Syadad bin Al-Hadi mengatakan, seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah saw. lalu beriman dan mengikutinya. Orang itu mengatakan, “Aku akan berhijrah bersamamu.” Maka Rasulullah saw. menitipkan orang itu kepada para sahabatnya. Saat terjadi Perang Khaibar, Rasulullah saw. memperoleh ghanimah (rampasan perang). Lalu beliau membagi-bagikannya dan menyisihkan bagian untuk orang itu seraya menyerahkannya kepada para sahabat. Orang itu biasa menggembalakan binatang ternak mereka. Ketika ia datang, para sahabat menyerahkan jatahnya itu. Orang itu mengatakan, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah bagianmu yang dijatahkan oleh Rasulullah saw.” Orang itu mengatakan lagi, “Aku mengikutimu bukan karena ingin mendapatkan bagian seperti ini. Aku mengikutimu semata-mata karena aku ingin tertusuk dengan anak panah di sini (sambil menunjuk tenggorokannya), lalu aku mati lalu masuk surga.” Rasulullah saw. mengatakan, “Jika kamu jujur kepada Allah, maka Dia akan meluluskan keinginanmu.” Lalu mereka berangkat untuk memerangi musuh. Para sahabat datang dengan membopong orang itu dalam keadaan tertusuk panah di bagian tubuh yang ditunjuknya. Rasulullah saw. mengatakan, “Inikah orang itu?” Mereka menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. berujar, “Ia telah jujur kepada Allah, maka Allah meluluskan keinginannya.” Lalu Rasulullah saw. mengafaninya dengan jubah beliau kemudian menshalatinya. Dan di antara doa yang terdengar dalam shalatnya itu adalah: “Allaahumma haadza ‘abduka kharaja muhaajiran fii sabiilika faqutila syahiidan wa ana syahidun ‘alaihi” (Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Dia keluar dalam rangka berhijrah di jalan-Mu, lalu ia terbunuh sebagai syahid dan aku menjadi saksi atasnya).” (Diriwayatkan oleh An-Nasai)

Anas Bin Malik –-semoga Allah meridhainya– menceritakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. seraya mengatakan, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku orang hitam, buruk rupa, dan tidak punya harta. Jika aku memerangi mereka (orang-orang kafir) hingga terbunuh, apakah aku masuk surga?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya.” Lalu ia maju dan bertempur hingga terbunuh. Ia lalu dibawa kepada Rasulullah saw. dalam keadaan sudah meninggal. Rasulullah saw. mengatakan, “Sungguh Allah telah membuat indah wajahmu, membuat harum baumu, dan membuat banyak hartamu.” Beliau kemudian melanjutkan, “Aku telah melihat kedua isterinya dari kalangan bidadari mereka berebut jubah yang dikenakannya. Mereka masuk antara kulit dan jubahnya.” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim)

Begitulah para sahabat mempraktikkan ikhlas dalam perjuangan. Dan begitu pulalah seharusnya kita mempraktikkannya. Dan jika ada bersitan dalam jiwa selain keikhlasan, maka hendaknya kita ingat hal-hal berikut ini:

Pertama, bahwa Allah mengawasi, mengetahui, mendengar, melihat kita. Firman-Nya: “Dan Dialah Allah (Yang Disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan; dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” [Al-An’am (6): 3]

, bahwa Allah mengawasi, mengetahui, mendengar, melihat kita. Firman-Nya: [Al-An’am (6): 3]

Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Ali Imran (3): 29]

[Ali Imran (3): 29]

Kedua, bahwa orang yang riya (ingin dilihat orang) atau sum’ah (ingin didengar orang) dalam beramal akan dibongkar oleh Allah semenjak di dunia sebelum di akhirat. Dan mereka tidak mendapatkan bagian dari amal mereka selain dari apa yang dinginkannya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin (amalnya) didengar orang, maka Allah akan membuatnya didengar; dan siapa yang ingin (amalnya) dilihat orang, maka Allah akan membuatnya dilihat orang.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

, bahwa orang yang (ingin dilihat orang) atau (ingin didengar orang) dalam beramal akan dibongkar oleh Allah semenjak di dunia sebelum di akhirat. Dan mereka tidak mendapatkan bagian dari amal mereka selain dari apa yang dinginkannya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin (amalnya) didengar orang, maka Allah akan membuatnya didengar; dan siapa yang ingin (amalnya) dilihat orang, maka Allah akan membuatnya dilihat orang.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

Ketiga, bahwa kekalahan yang diderita kaum Muslimin dewasa ini adalah akibat ulah kita sendiri. Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” [Yunus (10): 44]

, bahwa kekalahan yang diderita kaum Muslimin dewasa ini adalah akibat ulah kita sendiri. Firman-Nya: [Yunus (10): 44]

Keempat, bahwa ketidak-ikhlasan menghancurkan amal, besar maupun kecil. Dan dengan demikian berarti kita telah membuat perjuangan kita bertahun-tahun sia-sia belaka. Allah swt. berfirman: “Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang telah melakukan kezaliman.” [Thaha (20): 111]. “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al-Furqan (25): 23]

, bahwa ketidak-ikhlasan menghancurkan amal, besar maupun kecil. Dan dengan demikian berarti kita telah membuat perjuangan kita bertahun-tahun sia-sia belaka. Allah swt. berfirman: [Thaha (20): 111]. [Al-Furqan (25): 23]

Dan Rasulullah saw. bersabda, “Aku benar-benar mengetahui orang-orang dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan-kebaikan seperti gunung Tihamah. Lalu Allah menjadikannya bagaikan debu yang tertiup angin.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, terangkanlah sifat mereka kepada kami agar kami tidak seperti mereka, karena kami tidak mengetahui mereka.” Rasulullah saw. menjelaskan, “Mereka adalah termasuk saudara-saudara kamu dan seperti kulitmu. Mereka menggunakan waktu malam seperti yang kamu lakukan, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang jika berhadapan dengan larangan-larangan Allah mereka melanggarnya.” (Riwayat Ibnu Majah)

Kelima, orang-orang yang beramal bukan karena Allah adalah orang yang pertama dibakar untuk menyalakan neraka. Dalam hadits panjangnya, Rasulullah saw. menjelaskan nasib tiga kelompok manusia yang celaka di hari akhirat karena beramal dengan riya.

, orang-orang yang beramal bukan karena Allah adalah orang yang pertama dibakar untuk menyalakan neraka. Dalam hadits panjangnya, Rasulullah saw. menjelaskan nasib tiga kelompok manusia yang celaka di hari akhirat karena beramal dengan riya.

Keenam, orang-orang yang riya akan menjadi teman setan pada hari kiamat di dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah bagi kita kisah Quzman, seperti yang diterangkan oleh Qatadah –semoga Allah meridhainya. Beliau menjelaskan, “Di antara kami ada orang asing dan diketahui siapa dia. Ia dipanggil Quzman. Adalah Rasulullah saw. setiap disebut namanya selalu mengatakan bahwa dia termasuk penghuni neraka. Saat terjadi Perang Uhud, Quzman terlibat dalam pertempuran sengit sampai berhasil membunuh delapan atau tujuh orang musyrik. Memang dia orang kuat. Lalu ia terluka lalu dibopong ke rumah Bani Zhufr. Beberapa lelaki dari kaum Muslimin mengatakan kepadanya, ‘Demi Allah, engkau telah diuji hari ini, hai Quzman, maka berbahagialah.’ Quzman menjawab, ‘Dengan apa aku bergembira. Demi Allah sesungguhnya aku berperang tidak lain karena membela nama kaumku. Jika bukan karena hal itu aku tidak akan turut berperang. Ketika merasakan lukanya semakin parah, ia mencabut panah dari tempatnya lalu bunuh diri.” (Al-Bidayah Wan-Nihayah, Ibnu Katsir)

, orang-orang yang riya akan menjadi teman setan pada hari kiamat di dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah bagi kita kisah Quzman, seperti yang diterangkan oleh Qatadah –semoga Allah meridhainya. Beliau menjelaskan, “Di antara kami ada orang asing dan diketahui siapa dia. Ia dipanggil Quzman. Adalah Rasulullah saw. setiap disebut namanya selalu mengatakan bahwa dia termasuk penghuni neraka. Saat terjadi Perang Uhud, Quzman terlibat dalam pertempuran sengit sampai berhasil membunuh delapan atau tujuh orang musyrik. Memang dia orang kuat. Lalu ia terluka lalu dibopong ke rumah Bani Zhufr. Beberapa lelaki dari kaum Muslimin mengatakan kepadanya, ‘Demi Allah, engkau telah diuji hari ini, hai Quzman, maka berbahagialah.’ Quzman menjawab, ‘Dengan apa aku bergembira. Demi Allah sesungguhnya aku berperang tidak lain karena membela nama kaumku. Jika bukan karena hal itu aku tidak akan turut berperang. Ketika merasakan lukanya semakin parah, ia mencabut panah dari tempatnya lalu bunuh diri.” (, Ibnu Katsir)

Kita ingatkan jiwa kita dengan peringatan-peringatan tersebut agar dalam bergerak, berjuang, dan berkorban (tadhhiyah) senantiasa ikhlas karena Allah.

Read more...

Sahabat Nabi

Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam selalu memujinya. Abu Bakar- lah yang menemani Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam
sakit.

Tentang Umar, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam pernah berkata, "Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain." Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud
(ta'wil) mimpimu itu? Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam menjawab "ilmu pengetahuan."

Tentang Utsman, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam sangat menghargai Utsman karena itu Utsman menikahi dua putri Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam, hingga Utsman dijuluki Dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya). Ustman juga dikenal sebagai pribadi yang pemalu, hingga Rasulullah SAW pernah berkata bahwa malaikatpun malu untuk bertemu dengan Utsman.

Mengenai Ali, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. "Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya." "Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik."

Read more...

Muhammad Rasul Sempurna

Sejak masa mudanya, Muhammad SAW, yang dikenal sebagai pemuda tampan, berbudi mulia dan jujur, sehingga mendapat julukan sebagai "Al-Amin" yang terpercaya, di tengah masyarakat Arab yang sudah sedemikian rusak dan bobroknya, sehingga dikenal sebagai masyarakat jahiliyah, dan zamannya disebut sebagai zaman jahiliyah, menyukai hidup menyendiri, di tempat-tempat sepi padang pasir dan bukit-bukit sekitar kota Makkah. Sampai akhirnya beliau menemukan sebuah gua di bukit Tsur, dan menjadikan gua tersebut, yang dikenal dengan nama gua Hira, sebagai tempatnya menyepi dan merenung, bermunajat kepada Tuhan yang Maha Esa. Hinga suatu malam, ketika usia Muhammad telah genap mencapai 40 tahun, datang malaikat pembawa wahyu, yaitu Jibril atau Jibrail as, kepada Muhammad di gua tersebut, membawakan wahyu pertama, sekaligus pengangkatan resmi beliau sebagai Rasul terakhir untuk segenap umat manusia.
Kisah turunnya Jibril as untuk yang pertama kalinya ini diceritakan sendiri oleh Nabi Muhammad saaw, sebagai berikut, "Malaikat pembawa wahyu datang kepadaku, ia mengatakan, "Bacalah"! Aku menjawab, "Apa yang harus aku baca"? Kemudian ia mengatakan, "(اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan...... dan seterusnya, lima Ayat pertama Surat Al-'Alaq." Akupun membacanya. Setelah itu ia meninggalkan aku. Saat itu aku merasa bahwa Ayat-Ayat tersebut seolah telah terukir di dalam hatiku. Kemudian aku keluar dari gua. Ketika aku telah disampai diantara bukit-bukti, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, "Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku Jibril." Aku menengok ke atas. Aku melihat seorang malaikat dalam bentuk seorang lelaki, yang dua kakinya seakan memenuhi dua ufuk langit. Ia kembali mengatakan, "Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku adalah Jibril." Aku berdiri dan memandang kepadanya. Aku terdiam, tidak maju dan tidak pula mundur. Ketika aku memalingkan muka ke arah lain, tetap saja aku melihat malaikat tersebut. Kemana saja aku memandang maka aku melihatnya......
Pengangkatan Nabi dan turunnya malaikat pembawa wahyu, menandakan terbukanya pintu-pintu langit yang membentangkan jalan-jalan spiritual ke dalam batin manusia. Dengan rahmat-Nya yang tak bertepi, Allah swt membentangkan jalan terang demi kebebasan umat manusia dari kegelapan dan kesesatan. Muhammad saaw, yang memiliki sifat-sifat keagungan yang sempurna telah terpilih sebagai manusia yang harus memikul tanggung jawab besar dan agung ini. Sesungguhnyalah, pengangkatan Muhammad sebagai Rasul terakhir dapat dianggap sebagai peristiwa paling penting dan paling agung dalam [erjalanan sejarah kehidupan umat manusia. Al-Quran sendiri menyebut peristiwa ini sebagai karunia dan nikmat yang agung, dan dalam Ayat 164 Surat Ali Imran, Allah swt berfirman;

لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ

"Allah swt telah menurunkan karunia-Nya kepada mukminin ketika Ia mengangkat seorang Rasul dari kalangan mereka, yang membacakan Ayat-Ayat-Nya dan membersihkan mereka serta mengajarkan AL-Kitab dan hikmah. Sedangkan sebelum itu mereka berada dalam kesesatan yang nyata."
Bi'tsah adalah sumber perubahan, awal kesempurnaan dan lemenangan. Muhammad saaw yang merupakan sosok sempurna keutamaan dan kebaikan, menyebut Islam sebagai pelengkap ajaran-ajaran agama terdahulu yang dibawa oleh para Nabi sebelum beliau, yaitu Ibrahim, Musa, dan Isa alahimussalam. Wahyu-wahyu yang beliau sampaikan dari Allah kepada umat manusia, beserta penjalasan beliau baik dengan lisan maupun dengan praktek, memberikan kesegaran dan semangat jiwa. Sayyidah Fatimah as, putri tercinta Rasul Allah saaw, yang disebut oleh Rasul sebagai bagian dari darah daging beliau, berkenaan dengan bi'tsah Nabi mengatakan sebagai berikut, "Allah swt mengangkat Muhammad saaw untuk menyempurnakan nikmat dan rahmat beliau kepada umat manusia, dan untuk melengkapkan apa yang telah Allah tetapkan. Rasul Allah saaw diangkat sebagai Nabi terakhir pada saat setiap kaum memiliki ajaran agamanya sendiri; dan setiap kelompok menuju ke jalan terang yang diyakininya; dan setiap golongan bersujud di depan berhalanya. Allah swt memberikan jalan baru melalui Nabinya yang terakhir ini, yang akan menyelamatkan umat manusia dari jalan-jalan lain yang akan menjerumuskan mereka ke dalam kegelapan dan kebinasaan."
Dalam memperingati peristiwa besar bi'tsah Nabi, hendaknya kita ketahui bahwa apakah yang diberikan oleh peristiwa bi'tsah Nabi ini untuk manusia saat ini? Tak diragukan, terjadinya sebuah revolusi kebudayaan yang mengakar, di masa jahiliyah dan di tengah masyarakat tak beradaban jazirah Arab saat itu, termasuk diantara mukjizat agama Islam yang besar ini. Dengan memilih dan mengangkat para Nabinya, Allah swt menunjukkan sisi lain dari kehidupan sejahtera dan bahagia umat manusia. Ajaran-ajaran Islam yang disampaikan oleh manusia pilihan ini, yaitu Muhammad saaw, tak lain memebrikan peraturan-peraturan yang indah tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan masyarakatnya. Jalan hidup kebahagiaan ini membimbing manusia kepada ilmu pengetahuan, tafakkur, kebaikan, keadilan, usaha, dan kemerdekaan. Di bawah naungan ajaran-ajaran ini manusia akan memperoleh kemuliaan, kejayaan dan kemuliaannya. Rasul Allah saaw, pada khususnya, dan para Nabi dan Rasul lain pada umumnya, adalah para perantara yang berada di tangah, antara Tuhan dan umat manusia, dan bertugas membimbing mereka, baik dengan ucapan maupun dengan contoh-contoh nyata berupa amal perbuatan.
Tidak diragukan bahwa Muhammad saaw adalah manusia yang berhasil menjalani hidup di dunia ini dengan sempurna, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt. Dengan demikian, jika kita mampu meniru cara hidup beliau, maka kita pun akan mendapatkan kemuliaan sebagaimana yang telah beliau peroleh. Demikian pula halnya dengan manusia-manusia suci dan mulia lain, seperti Ahlul Bait Nabi saaw, dan para sahabat beliau yang saleh dan mulia. Itulah yang dimaksud bahwa Rasul Allah saw merupakan teladan atau uswah bagi umatnya. Berkenaan dengan filsafat pengangkatan Nabi, Al-Quran mengatakan penyucian manusia dari dosa dan kesesatan, penegakan keadilan sosial dan perlawanan terhadap penguasa-penguasa lalim, sebagai jalan kemajuan dan kemuliaan manusia yang akanmemebrikan segala macam keuntungan dan kemaslahatan kepadanya.
Dalam surat Al-Hadid Ayat 25, Allah swt berfirman, "Dan Kami telah utus Rasul-Rasul Kami dengan dalil-dalil yang jelas, dan kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Mizan, agar manusia menegakkan keadilan." Imam Ali as, salah seorang dari Ahlul Bait Nabi saaw, menyebut bi'tsah sebagai sebuah jalan untuk mengenal hakekat dan memahami ajaran-ajaran yang suci dan mengatakan, "Jika batil benar-benar terpisah dari kebenaran; dan kebenaran benar-benar terpisah dari kebatilan, tak akan ada orang yang melanggar. Akan tetapi selalunya, sebagian dari yang haq dan sebagian dari yang batil telah saling bercampur. Di sinilah setan bermain untuk menguasai manusia, dan hanya orang yang memperoleh rahmat Allah sajalah yang akan selamat."
Saat ini, meskipun telah berabad-abad terpisah dari peristiwa bi'tsah Nabi, akan tetapi ajaran-ajaran Rasul Allah saaw, utusan terakhir, memiliki ciri-ciri yang sangat istimewa, sehingga mampu menerangi jalan kebahagiaan seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Allah swt yang diturunkan untuk seluruh umat manusia adalah ajaran yang tak akan pernah lekang terkena panas dan tak akan luntur terkena hujan. Ia akan segar selamanya bagi seluruh masa, dan semua umat manusia. Tinggal manusianyalah yang menentukan, apakah ia bersedia bergabung ke jalan yang telah digariskan oleh Sang Maha Pencipta, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ini, ataukah tidak. Ajaran-ajaran agama Islam juga memiliki kandungan-kandungan yang tiada batasnya. Tinggal musliminnyalah yang harus menyingsingkan lengan baju, untuk menggali kandungan Ayat-Ayat suci Al-Quranul Karim, mengeluarkan kekayaannya dan harta karun petunjuknya yang tiada pernah habis.

Read more...

Rabu, 06 Februari 2008

SEMANGAT BERJUANG di JALAN ALLAH SWT




Masih ingat kenapa sampai lahirnya KAMMI? Pergolakan politik dengan segala penderitaan yang rakyat rasakan nampaknya tidak trtahankan bak gunung merapi yang segera mengeluarkan lava atau bak sang ibu yang akan melahirkan bayinya, tidak bisa ditunda, harus segera, maka lahirlah KAMMI sebagai sebuah wadah perjuangan reformasi yang ber-background Islam dengan segudang visi dan misi. Memang dunia ini berputar, tidak stagnan atau statis, pergerakan itu terjadi sekitar delapan tahun silam, sekarang bukanlah dahulu apakah pergerakan itu masih terpakai atau telah kadaluwarsa? Dirasakan atau tidak perjuangan dahulu dan sekarang telah berbeda dari perjuangan massa dan fisik menjadi perjuangan intelektualisme dan pencitraan berupa ide dan wacana. Begitu pula halnya dengan KAMMI yang telah bergeser atau mengganti strategi dalam melaksanakan amanah da’wahnya sebagai sebuah wajihah politik dan sosial. Namun, terkadang hal tersebut tak selamanya benar, artinya ada beberapa hal yang tetap harus dipertahankan dan tidak boleh berubah walau telah berganti zaman dan pemerintahan. Sebagai renungan marilah kita ingat bersama apa dan bagaimanakah paradigma KAMMI dan awalnya seperti dikemukakan oleh Mahfudz Sidiq dalam karyanya yang berjudul KAMMI dan Pergulatan Reformasi : 1. Gerakan Tauhid, yaitu eksistensi KAMMI yang seluruh aktivitas dan kiprahnya dalam perjuangan membangun masyarakat madani, meliputi; a). Gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penyembahan selain kepada Allah SWT, b). Pendeklarasian tata social masyarakat Islamiyah sebagai antitesa terhadap tata social jahiliyah matrealisme. 2. Gerakan Intelektual, yaitu peran-peran perubahan yang dijalankan KAMMI bersandarkan pada kekuatan aspek keilmuan dan intelektualisme, sehingga menjadi gerakan yang rasional dan selalu moderat. Hal ini meliputi; a). Pengembalian nilai saintifik Islam dengan melakukan interpretasi Islam secara kreatif, proporsional, dan kontekstual, b). Melakukan pengkajian Islam dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu, dan c). Melakukan integrasi ilmu secara teoritis dalam system keislaman. 3. Gerakan social mandiri, yaitu keberadaan KAMMI harus menjadi bagian utuh dari masyarakat yang dirasakan manfaat kehadirannya secara langsung. Ini menyangkut komitmen terhadap solidaritas soaial dan pengabdian social yang meliputi; a). Memandirikan pembangunan jaringan dan pengelolaan potensi ekonomi umat, b). Memberikan pendidikan masyarakat, dan c). Melakukan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat untuk merepresentasikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. 4. Gerakan politik ekstra parlementer, sebagai gerakan berbasis moral intelektual, KAMMI memposisikan dirinya sebagai kekuatan ekstra parlementer untuk berperan sebagai salah satu kekuatan control social terhadap kekuasaan. Akan tetapi, KAMMI juga membuka jalan untuk melakukan perubahan dalam system, dengan mentransformasikan kader-kader kepemimpinannya ke tengah-tengah masyarakat dan negara pada tahapan lanjutan perjuangannya. Sebagai gerakan politik ekstra parlementer, peran KAMMI meliputi; a). Mempengaruhi dan berupaya berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan public, b). Mengawasi dan memantau pelaksanaan kebijakan public, dan c). Memberikan penilaian dan advokasi terhadap pelaksanaan kebijakan public. Setelah reformasi bergulir maka dari ke-empat pergerakan tersebut apakah masih disandang oleh gerakan yang bernama KAMMI? Jangan-jangan KAMMI pasca reformasi telah kehilangan fungsi sebagai wajihah yang telah disebutkan di atas. Banyaknya kader-kader KAMMI yang inkonsisten terhadap amanahnya bisa saja disebabkan karena pembinaan yang kurang sempurna yang artinya KAMMI sebagai gerakan tarbiyah patut dipertanyakan. Kurang pekanya KAMMI terhadap masalah politik lokal seperti pembelaan akan masyarakat yang digusur paksa, dimana peran KAMMI yang hanya fokus pada politik pusat, maka KAMMI sebagai Gerakan politik ekstra parlementer patut dipertanyakan. Kurangnya minat kader-kader KAMMI dalam menggerakan penanya ke dalam kertas sebagai bentuk pergerakan intelektualismenya maka KAMMI sebagai Gerakan Intelektual harus direnungkan. Kesemuanya itu perlu perunungan,namun tak cukup merenung harus adanya perbaikan. Bukan perubahan yang malah menjadi stagnan pergerakan KAMMI, namun pergerakan dengan strategi yang terbaru dengan essensi dan semangat pergerakan yang dahulu, yang orisinal. Kembalilah seperti dahulu Kami mengenal KAMMI. Kuharap engkau masih seperti yang dahulu.


HIDUP MAHASISWA !!!!!!

HIDUP RAKYAT INDONESIA !!!!!

Read more...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP