Senin, 09 Februari 2009

Payung Hukum Biodiesel

ANAK HUKUM MUSTI TAHU INI
Mengacu pada :

  • Keputusan Pemerintah tgl 1 Oktober 2005 “ Kenaikan harga bahan bakar minyak “.
  • Rev Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Indonesia 2005.
  • Inpres No.1/ 2006& Perpres No 5/2006
    tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain.
  • Meningkatnya angka warga miskin.
  • Terjadinya kegiatan penebangan pohon oleh sebagian masyarakat yang kurang mampu sebagai pengganti bahan bakar minyak.
  • Belum diterapakannya bahan bakar pengganti BBM yang murah, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
  • Belum dimanfaatkannya kegunaan tanaman jarak sebagai bahan bakar alternatif .
Dampak kenaikan BBM, semua lapisan masyarakat, merasakan beratnya beban ekonomi, mulai rakyat kecil, pegawai, pekerja, pejabat sampai pengusaha, Sang pengusaha bus mengkandangkan sebagian bus dengan mengurangi jumlah bus yang beroperasi, si sopir merasakan turunnya honor/ persenan akibat berkurangnya penumpang yang biasanya berdesakan, untuk beli BBM yang biasanya fuel tank sekarang secukupnya saja kadangkala menyesuaikan duit yang tersedia, tagihan dari juragan bus untuk mencukupi setoran, sulit dipenuhi oleh sang kondektur, pengusaha SPBU juga kena dampaknya, keluhan omzet turun drastis sampai dengan 40-50%. Kesemuanya ini menandakan akan terjadi kelangkaan BBM. Kelangkaan BBM bukan berati dapat disamakan dengan krisis energi, apakah demikian, jawabannya? Negara kita kan juga masih mampu mengekspor enegi (seperti batubara, gas alam, dst.). Tentunya dengan banyaknya inovasi/ ide cerdas, terobosan-terobosan bisa mengatasi kebingungan, untuk mencari alternative yang bisa mengganti BBM murah. Di Indonesia berdasarkan pengamatan penulis, ada potensi pada lahan yang marginal di daerah/kabupaten khususnya di Jawa. Melalui berbagai penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan Pemerintah. Akademisi misalnya, energi terbarukan, yaitu yang bersumber dari pertanian, tanaman kelapa sawit, singkong, tebu, sagu, jagung dan jarak pagar diharapkan layak menjadi energi alternatif.

Khusus untuk Jarak Pagar berdasarkan (literature yang ada tentang budi daya tanaman jarak) dapat dipanen terus menerus sampai 50 tahun dan tahan hidup dilahan kritis/tandus yang berarti tanaman ini sangat PRODUKTIF. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana kelangkaan energi ini ada solusi alternatif, memberdayakan masyarakat/ dunia usaha melalui sumber daya alam Indonesia yang terkenal dengan sebutan, loh jinawi. Dari beberapa media dimuat Penjelasan dari pakar Akademisi, Praktisi, dalam berbagai forum mengusulkan segera ada tindak lanjut dipecahkan kelangkaan BBM. Melalui energi minyak pengganti, antara lain, energi fosil, gas, dan batubara ,kemudian energi terbarukan antara lain, panas bumi, angin, biomassa, dari hasil-hasil pertanian, sampah, limbah ternak, dll. Sedangkan energi baru antara lain energi nuklir, fuel cell. Akibat kenaikan harga BBM, bagaimana memanfaatkan sumber daya alam Indonesia karena berkurangnya minyak bumi yang saat ini semakin langka karena konsumsinya terus meningkat. Menurut Ketua Umum Masyarakat Energi Hijau,16 Nop 2005, cadangan minyak bumi, sebesar 9 milyar barel dan laju pengurasan produksi sebesar 500 juta barel/ tahun, jadi minyak bumi masih tersisa jangka 18 tahun.

Untuk jangka lima tahun mendatang dan seterusnya, Presiden SBY mencanangkan agar BBM dapat dipenuhi sesuai kemampuan kebutuhan rakyat. Masalah biodiesel telah ada payung hukum, yaitu Inpres No 1 tahun 2006, tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain. Dalam jurnal Analisis Pelayanan Informasi Pengembangan Jarak Nasional 15 Desember 2005 tentang energi hijau, antara lain, Presiden SBY meminta agar Ketua Masyarakat Energi Hijau Indonesia membuat paparan lengkap mengenai strategi Energi Alternatif, dan Presiden beserta rombongan menyaksikan mesin buatan Tegal berkapasitas 8,5 pk yang digerakkan dgn bahan bakar MINYAK JARAK PAGAR MURNI. Demikian pula telah ada deklarasi dari 16 Menteri, Pertamina, PLN, ITB, IPB dan lembaga lainya, yang mendukung penaggulangan kemiskinan dan krisis BBM melalui reboisasi & rehabilitasi 10 juta lahan kritis dengan tanaman, jarak pagar, sawit, tebu, sagu dll. Negara-negara lain yang telah menyiapkan jarak pagar jauh hari, yaitu: India.

APA, SIAPA & BAGAIMANA JARAK PAGAR ?

Literature yang saya baca, Jarak Pagar (Jatropha Curcas L), sinonim, Jatropa acerifolia Salisb; Jatropa janipha Blanco; Curcas indica Rich: Curcas purgans Medik. Untuk di Jawa sering disebut Jarak Pager / Jarak Cina, di Madura ada yang menyebut Kalekhe, kalekhe paghar, Melayu (Jarak Kosta) , di Sunda (Jarak budeg). Di Indonesia Jarak telah tersebar diberbagai daerah/ tempat, apakah sebagai tumbuhan liar maupun yang di budidayakan. Di Jawa sejak zaman dahulu khususnya jarak pagar tumbuh subur tapi jarang/ tidak ada yang marawat dan merasa memiliki. Tanaman ini menghendaki curah hujan dan kelembapan rendah dengan intensitas cahaya tinggi sehingga tanaman yang murah, mudah tumbuh dan tahan terhadap kekeringan. Tahan dilahan yang iklimnya panas/ pada dataran rendah ketinggian 300 / lebih, suhu 20- 35 derajad celcius. Bijinya mengandung minyak antara 40-60%. Semua yang ada pada pohon jarak, apakah daunnya, buah, biji (untuk diambil minyaknya), getah, bermanfaat bagi pengobatan penyakit. Setelah ada issue terjadi kenaikan BBM, maka ramai-ramai jarak menjadi primadona untuk di teliti, apakah ada manfaat lain yang lebih produktif. Ciri-ciri yang perlu diamati; daunnnya berwarna hijau muda berbentuk jantung atau bulat tekur melebar, bunga majemuk berwarna kuning kehijauan muncul diujung batang atau di ketiak daun. Buahnya beruppa buah kotak bentuknya bulat telur, warna hijau ktika masih muda dan warna kuning sudah masak. Biji bentuk bulat lonjong warna coklat kehitaman mengandung banyak minyak. Tumbuhan ini bisa diperbanyak dan mudah dengan stek batang/ biji yang sudah tua. Dahulu banyak ditanam untuk manfaat pagar ,oleh penduduk disebutlah, Jarak Pagar.

Dibeberapa media, harian Kompas, Kontan, dalam Seminar tentang kenaikan BBM banyak membahas tentang Sumber energi alternatif yang dihasilkan dari CPO (Crude Palm Oil) ,dari minyak sawit, hitung-hitung relatif mahal jatuhnya harga dan persedianya terbatas. Tanaman kelapa sawit biasanya ditanam di luar pulau jawa, sedangkan tanaman jarak banyak tumbuh di Jawa. Dari perhitungan kasar, mulai penyediaan lahan, bahan baku dari hulu sampai hillir jauh lebih mudah dan murah Jarak pagar ketimbang Sawit

Dari hasil pengamatan, saya mencoba menanam jarak bersama teman-teman salah satu perguruan tinggi, petani dan praktisi ,ternyata mudah, Bibit bisa mencari secara hunting di desa-desa, lereng pegunungan ,sekitar makam, daerah sungai. Di Cilacap, juga menyediakan persedian stek dan sangat murah. Di Surabaya, saya melihat di muka hotel dekat Gedung Wanita Kalibokor ada satu pohon jarak pagar yang sudah tumbuh tahunan, namun banyak orang yang tidak tahu tentang jarak pagar. Di Kantor Dinas Pertanian, Perikanan ( PK PPK ) Jl. Pagesangan Surabaya juga dikembangkan. Yang menarik demplot di UPN VETERAN Fakultas Pertanian digarap dengan apik sesuai keilmuannya, mungkin ada 10.000 pohon/ lebih disiapkan untuk pembibitan/ budi daya. Di UPN baru 5-7 bulan dikembangkan dan sudah berbunga, kemungkinan kalau budidayanya dikerjakan secara benar, antara 9-12 bulan sudah produktif, baik dari biji maupun stek siap pakai . Jadi jarak ternyata tidak sesulit yang dibayangkan, karena dilapangan praktis mudah murah dan betul dan produktif, sekarang kalau dihitung-hitung peluang untuk masyarakat bagus sekali baik dari sisi pemberdayaan maupun bisnis. Bagaimana agar masyarakat, kalangan pengusaha bisa tertarik.

Menurut saya Pemerintah Daerah setempat susuai Inpres 1/ 2006 sudah dapat memfasilitasi dan membuat kebijakan, dan tim ABG ( Akademisi, businessman dan government) sinergis dari aspek kepentingan masing-masing sesuai bidangnya. Peluang ini jangan di sia-siakan, dengan melakukan diskusi interaktif, antara perguruan tinggi, Pemda setempat dan kalangan swasta dan ini harus ada yang memulai dan intens. Melalui Seminar, lokakarya, diskusi terbatas, turun lapangan, membuat percontohan, mendatangkan bibit, memberikan sosialisasi, bagaimana persepsi tentang Jarak pagar dahulu dengan sekarang dari aspek manfaat untuk pengganti energi terus dikembangkkan, ini butuh waktu. Saya melihat dalam satu tahun saja sudah dirasakan manfaat ke depan. Memang ada masalah traumatis untuk direnungkan, dulu petani bisa menyiapkan bahan baku pertanian, tapi tidak ada yang beli, sekarang pemerintah / swasta butuh pasokan bahan baku, namun belum ada yang siap menyediakan bahan baku. Justru inilah persoalan yang menarik untuk dijawab . Pertanyaan lain, Siapa yang mau membeli bahan baku nanti? Kapankah bisa dirasakan? Kalau saya membaca berita di media, Pertamina mulai akan menjual biodiesel melalui SPBU di Jakarta dengan harga sekitar Rp. 4500,- dari kelapa sawit dengan campuran B-5 sedang yang 95% informasinya dari solar. Harga sawit cukup mahal, Rp 3000-3500,- dan pemasoknya terbatas. Jarak adalah lebih murah ketimbang yang lain. Kalangan Swasta / Pertamina rupanya butuh bahan baku bagi siapapun yang memasoknya, dan tahun depan serta tahun mendatang merupakan peluang yang bisa disiapkan bagi siapa saja yang care terhadap bahan baku ini.

0 komentar:

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP